Liputan6.com, Jakarta - Industri kosmetik terus berkembang di tanah air. Perkembangan tersebut membuat orang mulai menyadari bahaya yang ditimbulkan dari produk kecantikan terhadap bumi, baik dalam bentuk kemasan yang tidak bisa didaur ulang maupun dari bahan-bahannya.
Seiring waktu berjalan, perubahan baru pun dilakukan, seperti penggunaan kemasan berbahan daur ulang, seperti penggunaan botol kemasan. Orang menyebut hal itu sebagai "sustainable beauty" atau kecantikan berkelanjutan.
"Sustainable beauty itu branding produk-produk kosmetik yang menerapkan konsep berkelanjutan. Jadi,mereka meminimalisir dampak terhadap lingkungan dari produk-produk yang digunakan," ujar dokter Ariana Suryadewi Soejanto, M. Biomed kepada Liputan6.com, Kamis, 25 Februari 2021.
Bicara produk kosmetik sesuatu proses yang panjang, kata Ariana, mulai dari bahan dan bahan-bahan apa yang berdampak dalam jangka panjang.
"Kalau diproduksi di pabrik, apakah menggunakan bahan-bahan yang mencemari lingkungan sekitarnya atau tidak. Dalam konsep branding sustainable beauty diminimalisir, sedapat mungkin bahan-bahan yang digunakan bisa di-recyle , digunakan lagi untuk jangka panjang, dan tidak mencemari lingkungan sekitar," papar pendiri The Aesthetics Skin Clinic ini.
Dengan adanya sustainable beauty, sekarang ini sudah mulai banyak produk-produk kecantikan yang ramah lingkungaan dan minim sampah.
"Saat ini banyak produk kosmetik yang juga secara kemasan yang ramah lingkungan, seperti jejak karbonnya minim dari produksinya, kemasannya bisa didaur ulang lagi, kemasannya itu bisa dikomposkan. Itu jadi pilihan brand," kata perempuan kelahiran 25 Desember 1988.
Dari bahannya, kosmetik ramah lingkungan itu ada catatannya, seperti cruelty free, vegan. "Kalau cruelty free itu dalam produksinya tidak mengujicobakan pada hewan. Itu termasuk juga dalam sustainable beauty," tutur Ariana.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.